Powered By Blogger

Minggu, 01 Mei 2016

Pacaran sehat



Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi pada masa transisi remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses masa yang semua anak manusia telah, sedang dan akan teradi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif.
Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi. Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang menarik, bahwasanya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diri yang lengkap.
Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan kalaupun dicari satu definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang mendifinisikan pacaran adalah ajang dariuntuk mendapatkan kepuasan libido seksual, atau pacaran hanya sebagai label ”saya punya pacar dan dapat mendongkrak percaya diri”.
Ataukah pacaran adalah suatu hal yang penring karena dengan pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan hidup dan untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya.

PACARAN SEHAT, bagaimana?
Pada tahun 70-an, banyak kita dengar cerita sepasang anak muda menikah tanpa ada proses pacaran, artinya mereka hanya dijodohkan oleh keluarganya.
Namun, Di era milinium sekarang ini, dijodohkan adalah hal yang sangat langka, walaupun sebagian masyarakat Indonesia masih menerapkannya. Remaja sekarang akan lebih memilih untuk menjalin hubungan berpacaran terlebih dahulu. Pacaran dan Remaja menjadi dua kata yang sangat berkaitan. Hampir setiap remaja Indonesia telah menjalani proses pacaran. Rasa gengsi ketika tidak memiliki pacar menjadi salah satu penyebabnya. Para remaja seakan tidak peduli siapa pacar mereka, prinsipnya asal punya pacar, mereka happy dan semua berjalan sesuai keinginan mereka. Apalagi ketika mendapatkan pacar yang sesuai kriteria, tampan, kaya, dan pintar, para remaja khususnya remaja putri akan menuruti apa saja keinginan sang pacar sehingga “gelar” MBA atau “married by inssident” sering kita dengar. Akibatnya, angka aborsi meningkat, stress, terpaksa nikah dan lain-lain.
Mengatasi hal-hal negative yang berhubungan dengan pacaran, slogan “Pacaran Sehat” menjadi sangat popular. Berbagai kegiatan seminar serta penyuluhan dilakukan untuk memperingati para remaja dalam membatasi diri saat berpacaran.
Pacaran Sehat dapat dijelaskan seperti dibawah ini :
Sehat secara Psikologis.
Telah dijelaskan bahwa pacaran merupakan tahap untuk mengenal lawan jenis. Pacaran menjadi tidak sehat adalah ketika sang pacar mulai bersikap overprotektif, mengancam, posesif dan main paksa yang membuat pasangannya merasa ketakutan, stress dan tertekan. Pada beberapa kasus, bunuh diri menjadi jalan pilihan agar terlepas dari masalah pacaran ini. Disisi lain ada juga remaja yang dilarang pacaran oleh ortunya. Namun, dengan sikap keras kepala yang dimiliki semua anak usia remaja, membuat mereka memilih backstreet dengan pacarnya, sehingga timbul rasa takut, khawatir ketahuan dan stress menjalani hari-hari selama pacaran.

Sehat secara Fisik
Miris rasanya jika kita melihat gaya hidup remaja Indonesia saat ini, gaya hidupnya semakin bebas, termasuk dalam aktivitas seksual yang sudah dianggap biasa. Hal ini dibuktikan dengan data dari BKKBN yang menunjukkan peningkatan jumlah remaja putri yang sudah tidak perawan. Hanya karena rayuan sang pacar, rasa cinta mati, coba-coba akhirnya menyebabkan para remaja melakukan hubungan seksual. Kehamilan dan PMS ( penyakit menular seksual ) adalah beberapa akibatnya. Jadi pacaran yang sehat salah satunya adalah tidak menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit, dan gangguan fisik lainnya.

Sehat secara Sosial
Pacaran merupakan budaya barat yang merambat dengan cepat dalam kebudayaan kita, masyarakat Indonesia. Pegangan tangan, ciuman, dan pelukan sangat sering kita jumpai di tempat-tempat umum. Seperti kata pepatah “dunia milik berdua” memang benar, tidak peduli anggapan orang yang melihat, asal happy. Seharusnya kita tidak lupa bahwa kita hidup di masyarakat yang memiliki norma dan adat istiadat yang berlaku umum di lingkungan kita. Sebagai anggota sebuah masyarakat kita harus menghargai norma yang berlaku disitu. Kalau gaya pacaran kita udah bikin masalah di lingkungan, berarti pacaran kita udah nggak sehat. Selain Norma masyarakat kita juga punya norma Agama. Agama memberikan batasan-batasan bagi kita dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Jadi dalam berpacaran harus sesuai aturan, jangan sampai kita tidak dianggap oleh masyarakat sekitar lingkungan hidup hanya karena gaya pacaran yang tidak dibenarkan didaerah tersebut.

Pada akhirnya, gaya pacaran merupakan pilihan. Kesadaran diri untuk menentukan pilihan tersebut menjadi hal yang utama. Semua balik ke pribadi remaja itu sendiri bagaimana menyikapi pacaran yang sehat. Memang banyak pertimbangan yang harus kita ambil untuk menempuh proses pacaran. Namun, tujuan dan tanggung jawab yang jelas dapat membawa dampak positif saat berpacaran. Saat merasa siap barulah kita mulai proses pacaran, jangan terlalu mengikuti kriteria hati yang mematok target sangat perfect. Cobalah menilai calon pacar kita dengan berbagai sudut pandang, baik sisi keluarganya, pergaulan serta imannya kepada Tuhan YME. Jangan hanya melihat yang tampak bagus diluarnya tetapi juga yang ada didalamnya. Jadi, untuk semua remaja mari kita perbaiki gaya pacaran kita agar bangsa Indonesia mempunyai generasi yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dan dapat membangun bangsa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar