Masa remaja adalah masa yang indah.
Banyak hal yang terjadi pada masa transisi remaja dari masa kanak-kanak menuju
dewasa. Satu proses masa yang semua anak manusia telah, sedang dan akan teradi
dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta
peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif.
Namun demikian tidak sedikit juga
hal-hal negatif yang terjadi. Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam
dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari sebagian remaja walau tidak
sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang menarik,
bahwasanya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai
identitas diri yang lengkap.
Memang tidak dapat dipungkiri bila
pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan kalaupun dicari
satu definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang
mendifinisikan pacaran adalah ajang dariuntuk mendapatkan kepuasan libido
seksual, atau pacaran hanya sebagai label ”saya punya pacar dan dapat
mendongkrak percaya diri”.
Ataukah pacaran adalah suatu hal
yang penring karena dengan pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita
dalam mengatasi persoalan hidup dan untuk definisi pacaran tentu akan ada
banyak yang lainnya.
PACARAN SEHAT, bagaimana?
Pada tahun 70-an, banyak kita dengar
cerita sepasang anak muda menikah tanpa ada proses pacaran, artinya mereka
hanya dijodohkan oleh keluarganya.
Namun, Di era milinium sekarang ini,
dijodohkan adalah hal yang sangat langka, walaupun sebagian masyarakat
Indonesia masih menerapkannya. Remaja sekarang akan lebih memilih untuk
menjalin hubungan berpacaran terlebih dahulu. Pacaran dan Remaja menjadi dua
kata yang sangat berkaitan. Hampir setiap remaja Indonesia telah menjalani
proses pacaran. Rasa gengsi ketika tidak memiliki pacar menjadi salah satu
penyebabnya. Para remaja seakan tidak peduli siapa pacar mereka, prinsipnya
asal punya pacar, mereka happy dan semua berjalan sesuai keinginan mereka.
Apalagi ketika mendapatkan pacar yang sesuai kriteria, tampan, kaya, dan
pintar, para remaja khususnya remaja putri akan menuruti apa saja keinginan
sang pacar sehingga “gelar” MBA atau “married by inssident” sering kita dengar.
Akibatnya, angka aborsi meningkat, stress, terpaksa nikah dan lain-lain.
Mengatasi hal-hal negative yang
berhubungan dengan pacaran, slogan “Pacaran Sehat” menjadi sangat popular.
Berbagai kegiatan seminar serta penyuluhan dilakukan untuk memperingati para
remaja dalam membatasi diri saat berpacaran.
Pacaran Sehat dapat dijelaskan
seperti dibawah ini :
Sehat secara Psikologis.
Telah dijelaskan bahwa pacaran
merupakan tahap untuk mengenal lawan jenis. Pacaran menjadi tidak sehat adalah
ketika sang pacar mulai bersikap overprotektif, mengancam, posesif dan main
paksa yang membuat pasangannya merasa ketakutan, stress dan tertekan. Pada
beberapa kasus, bunuh diri menjadi jalan pilihan agar terlepas dari masalah
pacaran ini. Disisi lain ada juga remaja yang dilarang pacaran oleh ortunya.
Namun, dengan sikap keras kepala yang dimiliki semua anak usia remaja, membuat
mereka memilih backstreet dengan pacarnya, sehingga timbul rasa takut, khawatir
ketahuan dan stress menjalani hari-hari selama pacaran.
Sehat secara Fisik
Miris rasanya jika kita melihat gaya
hidup remaja Indonesia saat ini, gaya hidupnya semakin bebas, termasuk dalam
aktivitas seksual yang sudah dianggap biasa. Hal ini dibuktikan dengan data
dari BKKBN yang menunjukkan peningkatan jumlah remaja putri yang sudah tidak
perawan. Hanya karena rayuan sang pacar, rasa cinta mati, coba-coba akhirnya
menyebabkan para remaja melakukan hubungan seksual. Kehamilan dan PMS (
penyakit menular seksual ) adalah beberapa akibatnya. Jadi pacaran yang sehat
salah satunya adalah tidak menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit,
dan gangguan fisik lainnya.
Sehat secara Sosial
Pacaran merupakan budaya barat yang
merambat dengan cepat dalam kebudayaan kita, masyarakat Indonesia. Pegangan
tangan, ciuman, dan pelukan sangat sering kita jumpai di tempat-tempat umum.
Seperti kata pepatah “dunia milik berdua” memang benar, tidak peduli anggapan
orang yang melihat, asal happy. Seharusnya kita tidak lupa bahwa kita hidup di
masyarakat yang memiliki norma dan adat istiadat yang berlaku umum di
lingkungan kita. Sebagai anggota sebuah masyarakat kita harus menghargai
norma yang berlaku disitu. Kalau gaya pacaran kita udah bikin masalah di
lingkungan, berarti pacaran kita udah nggak sehat. Selain Norma masyarakat kita
juga punya norma Agama. Agama memberikan batasan-batasan bagi kita dalam
menjalin hubungan dengan lawan jenis. Jadi dalam berpacaran harus sesuai
aturan, jangan sampai kita tidak dianggap oleh masyarakat sekitar lingkungan
hidup hanya karena gaya pacaran yang tidak dibenarkan didaerah tersebut.
Pada akhirnya, gaya pacaran merupakan
pilihan. Kesadaran diri untuk menentukan pilihan tersebut menjadi hal yang
utama. Semua balik ke pribadi remaja itu sendiri bagaimana menyikapi pacaran
yang sehat. Memang banyak pertimbangan yang harus kita ambil untuk menempuh
proses pacaran. Namun, tujuan dan tanggung jawab yang jelas dapat membawa
dampak positif saat berpacaran. Saat merasa siap barulah kita mulai proses
pacaran, jangan terlalu mengikuti kriteria hati yang mematok target sangat
perfect. Cobalah menilai calon pacar kita dengan berbagai sudut pandang, baik
sisi keluarganya, pergaulan serta imannya kepada Tuhan YME. Jangan hanya
melihat yang tampak bagus diluarnya tetapi juga yang ada didalamnya. Jadi,
untuk semua remaja mari kita perbaiki gaya pacaran kita agar bangsa Indonesia
mempunyai generasi yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dan dapat membangun
bangsa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar